SAFETY STORY: Gara-Gara Tidak Menerapkan 5S di Tempat Kerja

29 Februari 2024
SAFETY STORY: Gara-Gara Tidak Menerapkan 5S di Tempat Kerja

Gara-Gara Tidak Menerapkan 5S di Tempat Kerja

“Jun, lihat stapler ga?”

“Enggak, Ris.” Haaatchiii! “Tapi, kemarin-kemarin sih ada di sana,” Imbuhnya sambil menunjuk ke arah meja dengan tumpukan berkas yang mangkrak bertahun-tahun.

“Sudah aku cari di sana, tapi ga ada.”

“Hmmm.”

“Kalau hard disk eksternal yang warna merah, lihat ga?

“Aku ga pernah pakai. Jadi, ga tahu juga.”

“Duh! Kok bisa hilang, sih.”

“Paling pada lupa nyimpen aja, Ris.” Haaatchiii!

Haris melanjutkan pencarian stapler dan hard disk eksternal itu ke semua sudut ruangan. Berbagai tumpukan alat tulis kantor pun disusurinya satu per satu, tapi kedua barang yang dicari tidak kunjung ketemu. Haris juga menanyakannya pada semua orang yang ada di ruangan kantor itu, tapi tak satu pun bisa memberi jawaban.

“Ya ampun! Ternyata ada di sini, Ris!” ujar Muklis beberapa puluh menit kemudian. Tangannya diangkat ke atas sambil menjewer stapler yang baru saja ditemukan dari laci meja kerjanya.

“Maaf, Bro. Aku lupa nyimpen. Hehe...” imbuh Muklis.

“Makannya, barang yang sudah dipakai itu simpan lagi di tempatnya dong, Bro!” ujar Haris dengan kesal.

Bagaimana tidak kesal, akibat mencari-cari stepler dan hard disk eksternal itu, waktu Haris jadi terbuang percuma. Padahal, Haris sedang ditunggu klien dan ditagih data terus menerus oleh manajernya. Kebetulan, data itu berada dalam hard disk yang tiba-tiba raib entah ke mana tersebut.

“Lha, memang tempat nyimpennya di mana? Ada, gitu?” tantang Muklis.

Haris garuk-garuk kepala menanggapi pertanyaan Muklis. Di kantor ini, terutama di ruangan ini, semua barang memang tidak tertata dengan baik. Tidak ada tempat khusus untuk menyimpan barang tertentu juga tidak pernah ada pengarahan soal ketertiban penempatan barang. Alhasil, semua karyawan menyimpan barang sesuka hati.

“Jangan-jangan, hard disk ada di laci kamu juga?” ucap Haris untuk menutupi rasa malu akibat tidak bisa memberi jawaban.                                                                                 

“Wah, kalau itu mah ga ada, Bro!”

“Kalau file hasil survei kemarin, sudah di-print?” Haris kembali mengalihkan pembicaraan.

“Emmm... Sudah,” jawab Muklis ragu.

Muklis kemudian mencari tiga lembar kertas yang dimaksud Haris. Seingatnya, file itu memang sudah dicetak. Hanya saja, dia lupa menyimpannya di mana. Yang jelas, kertas itu pastinya bercampur dengan berkas-berkas lain yang sudah menggunung di meja kerjanya yang semrawut.

Sebetulnya, kesemrawutan serupa tidak hanya terjadi di meja Muklis saja. Di meja kerja Ajun, Haris, dan karyawan lain, termasuk di meja kerja manajernya yang berada di ruangan terpisah itu, rata-rata kondisinya sama: berantakan.

“Lho, di mana, ya? Kok tidak ada?” gerutu Muklis sambil menggeledah tumpukan kertas. Debu-debu tampak beterbangan.

“Lupa kali, belum di-print,” ujar Ajun dari meja seberang, masih disertai bersin-bersin.

“Ga mungkin. Jelas-jelas kemarin aku menyimpannya di sini,” ujar Muklis sambil mengibaskan tangannya ke arah pinggir monitor dan tumpukan kertas. Muklis tidak sadar bahwa di meja kerjanya ada secangkir kopi yang sudah bertengger sedari pagi. Sontak, gerakan tangannya mengenai cangkir tersebut. Kopi itu pun tumpah. Airnya yang pekat membasahi kertas-kertas, terutama yang tertumpuk di bagian bawah.

Muklis panik bercampur kesal. Kesal pada dirinya sendiri yang ceroboh, dan kesal pada Haris yang secara tidak langsung jadi biang keladi kejadian ini.

“Ya sudah, aku minta softcopy-nya saja. Nanti aku print sendiri,” ujar Haris saat melihat air muka Muklis yang sudah tidak menyenangkan.

“Aku lupa nama file-nya apa. Aku juga lupa nyimpennya di mana,” ujar Muklis sambil mengelap tumpahan kopi dengan tisu. Mukanya kian masam.

***

Bersin-bersin yang diderita Ajun telah berubah jadi flu yang cukup parah. Padahal seingatnya, baru satu atau dua bulan lalu dia mengalami hal serupa. Dan setelah Ajun pikir-pikir kembali, memang hampir tiap dua bulan sekali dirinya terserang flu.

Merasa ada yang tidak beres dengan diri dan ruang kerjanya, ditambah dengan kejadian Haris dan Muklis kemarin yang membuat kerja jadi tidak efektif, Ajun pun tergerak mencari tahu.

Setelah googling sana sini, Ajun menyadari fakta bahwa tempat kerjanya memang tidak memiliki sistem penataan dan kebersihan yang baik. Untuk mengatasi hal tersebut, Ajun menemukan satu metode yang baik dan layak dicoba. Metode itu disebut dengan 5S.

Ajun lantas mendatangi ruang kerja manajer untuk mengobrolkan temuannya. Ajun mengajak sang manajer untuk mencoba mengikuti metode 5s tersebut dan menerapkannya di tempat kerja. Tanpa pikir panjang, sang manajer mengiyakan.

“Tapi sebelum itu, tolong cek dulu PC saya, Jun. Kayaknya ada yang rusak,” ucap sang manajer.

Manajer itu mengeluhkan bahwa CPU-nya sering terasa panas dan berbunyi nyaring. Bahkan, beberapa kali sempat mati dengan sendirinya.

Setelah dicek, ternyata bagian dalam CPU, terutama di bagian kipasnya, memang tidak berfungsi dengan baik karena kotor. Debu sudah sangat menumpuk di sana. Ciri tidak pernah dibersihkan.

“Mungkin CPU-nya terlalu lama menunggu, Pak.”

“Menunggu apa, Jun?”

“Menunggu kita sadar akan pentingnya menerapkan 5S di tempat kerja.”

Semoga menginspirasi, Salam Safety!

Sumber: www.SafetySign.co.id